Skip to main content

KESIAPAN GURU INDONESIA DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI DAN MEA

Di era globalisasi sekarang ini, dunia terasa semakin sempit. Perpindahan manusia, barang dan informasi dari satu sudut bumi ke sudut bumi yang lain dapat berlangsung dengan begitu cepat karena begitu canggihnya tekhnologi transportasi,   informasi dan telekomunikasi telah membuat dunia seolah tak berbatas.oleh karena itu  persoalan kita sekarang bukan setuju atau tidak setuju dengan globalisasi. Juga bukan bagaimana menghindarinya. Yang terpenting bagaimana kita menyikapinya dan melakukan tindakan nyata agar tidak tergilas dan semakin tertinggal oleh derasnya arus globalisasi. 
Globalisasi sudah pasti juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur kesiapan menghadapi era globalisasi terutama dibidang pendidikan adalah guru, sebab guru adalah ujung tombak pendidikan.
Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian. Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang lain. di sisi lain muncul problem baru sebagai tantangan manakala guru tidak memiliki kemampuan materi untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi seperti TV, buku-buku, majalah, Koran, dan internet untuk meningkatkan profesionalnya sekaligus memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan global
Para profesional guru perlu memiliki kemampuan dalam melengkapi peserta didik menjadi warga global. Peserta didik yang siap menjadi warga global  tidak boleh lagi memiliki kecanggungan atau kendala dalam merespons dan berinteraksi dengan warga lain yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Di era globalisasi sekarang ini, e-learning (electronic learning) menjadi trend dimana-mana. Dalam konteks ini, kesigapan guru untuk menguasai ICT dan menyediakan materi belajar yang cocok untuk F- learning (flexible learning) bagi anak didik menjadi sangat vital. Ketrampilan siswa dalam komputer dan menggunakan internet juga sangat penting. Peran guru sangat penting dan strategis dalam memberikan bimbingan, dorongan, semangat dan fasilitas kepada peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan penggunaan teknologi. Selain itu juga guru sebagai pengarah dan pembimbing agar penguasaan teknologi tidak menjadi boomerang bagi peserta didik, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika. Sayangnya masih banyak guru yang gagap teknologi (gaptek) dan resisten terhadap inovasi teknologi pembelajaran karena tidak mau belajar lagi hal-hal baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. 
Pada hakekatnya banyak proses pendidikan yang berlangsung di berbagai satuan pendidikan tidak dirancang dan dilaksanakan sebagai proses pembudayaan yang, memungkinkan terjadinya proses transformasi budaya menuju suatu bangsa Indonesia yang cerdas kehidupannya, yaitu yang maju (modern, yang rasional dan berorientasi IPTEK), yang demokratis, yang sejahtera, dan berkeadilan, serta mampu menghadapi masalah sebagai tantangan, dan tantangan sebagai kesempatan untuk maju. Untuk itulah saya memandang bahwa filosofi atau konsepsi pendidikan yang dianut UU No. 20 Tahun 2003 menuntut diselenggarakannya suatu proses pendidikan sebagai proses pembudayaan. Untuk itu pula diperlukan guru yang bertaraf profesional.
Selain guru diharapkan bisa dalam bidang IPTEK tapi guru juga diharapkan lebih bermoral dan berakhlak dari pada masyarakat umum dalam kehidupan bermasyarakat di era globalisasi ini, sebagaimana yang ada dalam kode etik profesi guru.
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:
1.      Kemampuan antisipasi
2.      Kemampuan mengenali dan mengatasi masalah
3.      Kemampuan mengakomodasi
4.      Kemampuan melakukan reorientasi
5.      Kompetensi generic (generic competences)
6.      Keterampilan mengatur diri (managing self skills)
7.      keterampilan berkomunikasi (communicating skills)
8.      Kemampuan mengelola orang dan tugas (ability of managing people and tasks)
9.      Kemampuan mobilisasi pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).

Secara garis besar globalisasi berimplikasi pada professionalitas guru yaitu guru dalam perspektif globalisasi. Guru di era globalisasi adalah guru dengan profesionalitas tinggi mempunyai tugas yang tidak akan semakin ringan dan mudah, maka harus berkualitas. Pemerintah berupaya untuk memberikan solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khususnya guru di era globalisasi ini, diimplementasikan dengan sertifikasi guru yang bertujuan untuk  meningkatkan kesejahteraan guru dan meningkatkan mutu pendidikan. Jika kita lihat sekarang ini dari pelaksanaan program sertifikasi yang terpenuhi atau tercapai hanyalah indicator pertama  yaitu peningkatan kesejahteraan para pendidik itu. Namun implikasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia patut dipertanyakan.
Ini yang terjadi dilapangan, para guru berebut jam mengajar. Tidak jarang terjadi konflik di sekolah karena hal ini. Mereka berlomba-lomba mencapai jam maksimal yang disyaratkan sertifikasi dan tidak lagi memperdulikan kualitas dan mutu mengajar. Idealnya, dana sertifikasi tidak hanya dipakai untuk memperbaiki kualitas kehidupan jasmani namun juga ada kesadaran untuk mencerdaskan diri.
Kita juga harus ingat bahwa pendidikan Indonesia juga akan terkena imbas dari MEA, Dalam menghadapi persaingan ketat selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) terampil, cerdas, dan kompetitif. MEA adalah liberalisisi di semua aspek kehidupan. Tanpa kemampuan memadai menghadapi hal ini maka kita hanyalah akan menjadi penonton, bukan pelaku di era MEA. Apakah kita akan menambah daftar panjang cerita miris TKI luar negeri yang jadi babu di negara orang? Dan adanya MEA, cerita miris itu akan kita pindahkan ke dalam negeri. Banyak tenaga pendidik asing yang berkualita dan professional yang akan masuk dalam dunia pendidikan kita. Maka dari itu tenaga pendidik Indonesia harus meningkatkan kualitas agar bisa bersaing dengan tenaga pendidik asing, dan juga sebagai tenaga pendidik juga harus mampu mendidik demi meningkatkan SDM dalam era globalisasi dan MEA.
Melihat kondisi pendidikan dan program-program yang dilakukan pemerintah untuk saat ini demi meningkatkan mutu pendidikan masih belum terlaksana dengan baik. masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan dalam pengimlementasiannya, seperti program sertifikasi bagi guru yang program ini memiliki dua indicator yaitu meningkatkan kesejahteraan guru dan meningkatkan mutu pendidikan, namun yang terlaksana hanya indicator pertama dan berbanding terbalik untuk indicator kedua yaitu meningkatkan mutu pendidikan, yang ada malah para guru hanya mengejar target sebagai syarat sertifikasi dalam mengajar tanpa mempertimbangkan kualitas dan mutu mengajar, yang menurut saya telah melanggar hakekat profesi sebagai unsure pengabdian, karena para guru yang melaksanakan program sertifikasi seperti hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri
Dapat saya simpulkan bahwa Indonesia masih belum mampu dalam menghadapi era globalisasi dan MEA terutama di bidang pendidikan karena rendahnya SDM yang dimiliki Indonesia terutama tenaga pendidik, untuk itu kementrian yang mengurusi pendidikan harus membuat program yang jelas tentang arah pendidikan kita. Apa yang mesti dilakukan saat ini semestinya sudah dipetakan.

Comments