Di era globalisasi sekarang ini, dunia terasa
semakin sempit. Perpindahan manusia, barang dan informasi dari satu sudut bumi
ke sudut bumi yang lain dapat berlangsung dengan begitu cepat karena begitu
canggihnya tekhnologi transportasi, informasi dan telekomunikasi
telah membuat dunia seolah tak berbatas.oleh
karena itu persoalan kita sekarang bukan setuju atau tidak setuju
dengan globalisasi. Juga bukan bagaimana menghindarinya. Yang terpenting
bagaimana kita menyikapinya dan melakukan tindakan nyata agar tidak tergilas
dan semakin tertinggal oleh derasnya arus globalisasi.
Globalisasi
sudah pasti juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Dalam hal ini yang
menjadi tolak ukur kesiapan menghadapi era globalisasi terutama dibidang
pendidikan adalah guru, sebab guru adalah ujung tombak pendidikan.
Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam
makalahnya bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki
kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan
iptek, mampu bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan,
dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global
sebagai hasil dari keahlian. Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak
lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang lain. di sisi lain muncul
problem baru sebagai tantangan manakala guru tidak memiliki kemampuan materi
untuk memiliki segala akses dan jaringan informasi seperti TV, buku-buku,
majalah, Koran, dan internet untuk meningkatkan profesionalnya sekaligus
memperkaya informasi mengenai perkembangan pengetahuan dan berbagai dinamika kehidupan
global
Para profesional guru perlu memiliki kemampuan
dalam melengkapi peserta didik menjadi warga global. Peserta didik yang siap
menjadi warga global tidak boleh lagi memiliki kecanggungan atau kendala
dalam merespons dan berinteraksi dengan warga lain yang memiliki latar belakang
budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Di era globalisasi sekarang ini,
e-learning (electronic learning) menjadi trend dimana-mana. Dalam konteks ini,
kesigapan guru untuk menguasai ICT dan menyediakan materi belajar yang cocok
untuk F- learning (flexible learning) bagi anak didik menjadi sangat vital.
Ketrampilan siswa dalam komputer dan menggunakan internet juga sangat penting.
Peran guru sangat penting dan strategis dalam memberikan bimbingan, dorongan,
semangat dan fasilitas kepada peserta didik untuk memperoleh ilmu pengetahuan
dan keterampilan penggunaan teknologi. Selain itu juga guru sebagai pengarah
dan pembimbing agar penguasaan teknologi tidak menjadi boomerang bagi peserta
didik, yang disebabkan kurangnya penghayatan terhadap etika. Sayangnya masih banyak guru yang gagap teknologi (gaptek)
dan resisten terhadap inovasi teknologi pembelajaran karena tidak mau belajar
lagi hal-hal baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman.
Pada hakekatnya banyak proses pendidikan yang
berlangsung di berbagai satuan pendidikan tidak dirancang dan dilaksanakan
sebagai proses pembudayaan yang, memungkinkan terjadinya proses transformasi
budaya menuju suatu bangsa Indonesia yang cerdas kehidupannya, yaitu yang maju
(modern, yang rasional dan berorientasi IPTEK), yang demokratis, yang
sejahtera, dan berkeadilan, serta mampu menghadapi masalah sebagai tantangan,
dan tantangan sebagai kesempatan untuk maju. Untuk itulah saya memandang bahwa
filosofi atau konsepsi pendidikan yang dianut UU No. 20 Tahun 2003 menuntut
diselenggarakannya suatu proses pendidikan sebagai proses pembudayaan. Untuk
itu pula diperlukan guru yang bertaraf profesional.
Selain guru diharapkan bisa dalam bidang IPTEK tapi guru juga
diharapkan lebih bermoral dan berakhlak dari pada masyarakat umum dalam
kehidupan bermasyarakat di era globalisasi ini, sebagaimana yang ada dalam kode
etik profesi guru.
kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru guna menghadapi era global yaitu:
1.
Kemampuan antisipasi
2.
Kemampuan mengenali
dan mengatasi masalah
3.
Kemampuan
mengakomodasi
4.
Kemampuan melakukan
reorientasi
5.
Kompetensi generic
(generic competences)
6.
Keterampilan
mengatur diri (managing self skills)
7.
keterampilan
berkomunikasi (communicating skills)
8.
Kemampuan mengelola
orang dan tugas (ability of managing people and tasks)
9.
Kemampuan mobilisasi
pengembangan dan perubahan (mobilizing innovation and change).
Secara garis besar globalisasi berimplikasi pada
professionalitas guru yaitu guru dalam perspektif globalisasi. Guru di era
globalisasi adalah guru dengan profesionalitas tinggi mempunyai tugas yang
tidak akan semakin ringan dan mudah, maka harus berkualitas. Pemerintah
berupaya untuk memberikan solusi terhadap persoalan dunia pendidikan khususnya
guru di era globalisasi ini, diimplementasikan dengan sertifikasi guru yang
bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan guru dan meningkatkan mutu pendidikan. Jika kita lihat sekarang
ini dari pelaksanaan program sertifikasi yang terpenuhi atau tercapai hanyalah
indicator pertama yaitu peningkatan kesejahteraan para pendidik itu. Namun
implikasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia patut dipertanyakan.
Ini yang terjadi dilapangan, para guru berebut
jam mengajar. Tidak jarang terjadi konflik di sekolah karena hal ini. Mereka
berlomba-lomba mencapai jam maksimal yang disyaratkan sertifikasi dan tidak
lagi memperdulikan kualitas dan mutu mengajar. Idealnya, dana sertifikasi tidak
hanya dipakai untuk memperbaiki kualitas kehidupan jasmani namun juga ada
kesadaran untuk mencerdaskan diri.
Kita juga harus ingat bahwa pendidikan
Indonesia juga akan terkena imbas dari MEA, Dalam menghadapi persaingan ketat
selama MEA ini, negara-negara ASEAN haruslah mempersiapkan sumber daya manusia
(SDM) terampil, cerdas, dan kompetitif. MEA adalah liberalisisi di semua aspek
kehidupan. Tanpa kemampuan memadai menghadapi hal ini maka kita hanyalah akan
menjadi penonton, bukan pelaku di era MEA. Apakah kita akan menambah daftar
panjang cerita miris TKI luar negeri yang jadi babu di negara orang? Dan adanya
MEA, cerita miris itu akan kita pindahkan ke dalam negeri. Banyak tenaga
pendidik asing yang berkualita dan professional yang akan masuk dalam dunia
pendidikan kita. Maka dari itu tenaga pendidik Indonesia harus meningkatkan
kualitas agar bisa bersaing dengan tenaga pendidik asing, dan juga sebagai
tenaga pendidik juga harus mampu mendidik demi meningkatkan SDM dalam era
globalisasi dan MEA.
Melihat kondisi pendidikan dan program-program
yang dilakukan pemerintah untuk saat ini demi meningkatkan mutu pendidikan masih
belum terlaksana dengan baik. masih banyak terjadi kesalahan-kesalahan dalam
pengimlementasiannya, seperti program sertifikasi bagi guru yang program ini
memiliki dua indicator yaitu meningkatkan kesejahteraan guru dan meningkatkan mutu
pendidikan, namun yang terlaksana hanya indicator pertama dan berbanding
terbalik untuk indicator kedua yaitu meningkatkan mutu pendidikan, yang ada
malah para guru hanya mengejar target sebagai syarat sertifikasi dalam mengajar
tanpa mempertimbangkan kualitas dan mutu mengajar, yang menurut saya telah
melanggar hakekat profesi sebagai unsure pengabdian, karena para guru yang
melaksanakan program sertifikasi seperti hanya mencari keuntungan untuk dirinya
sendiri
Dapat saya simpulkan bahwa Indonesia masih belum mampu dalam menghadapi
era globalisasi dan MEA terutama di bidang pendidikan karena rendahnya SDM yang
dimiliki Indonesia terutama tenaga pendidik, untuk itu kementrian yang
mengurusi pendidikan harus membuat program yang jelas tentang arah pendidikan
kita. Apa yang mesti dilakukan saat ini semestinya sudah dipetakan.
Comments
Post a Comment